The Secret Admirers

Di tengah taman yang asri nan sejuk aku melakukan rutinitasku. memotret. kubuang pandanganku ke sekitar. mengamati anak-anak kecil bermain dengan mulut yang terus merekah. melihat para orang tua menikmati sore dan para muda-mudi yang asik bersenda gurau bersama di dekat air mancur. aku tersenyum tipis melihat kedamaian yang kulihat. tapi seketika hilang saat aku melihat seorang laki-laki bersandar di sebuah pohon tua. tangannya sibuk menari di atas buku usangnya sesekali matanya menatap tajam ke arah langit. dingin. mungkin itu kata yang cocok untuk dia.

"hmm pria yang aneh" kataku membatin

***
Semenjak aku melihatnya seminggu yang lalu, aku senang mengamati dirinya. memandanginya dari dari kejauhan. kadang aku amati ia dari bangku yang terletak di sudut taman dan sesekali dari air mancur yang berada di tengah taman. ingin ku coba menyapa tapi apa daya aku tak bisa. aku hanya bisa memandanginya sambil sesekali memotret wajahnya yang dihiasi guratan di dahinya.

aku diam dalam sepi di tengah ramainya taman. mencoba menikmati setiap gerakan tenangnya. hingga tepat pukul 17.45 di saat senja mulai turun ke tepi, aku masih saja menatapnya dalam waktu yang sudah cukup lama. tiba-tiba suatu gerakan tak biasa dia lakukan. ia melihat ke arahku. aku tersontak kaget. pandangan kami beradu selama beberapa detik. tidak lama, tapi kami seolah bercakap lewat tatapan mata.

 "hai, siapakah nama mu ?
 bagaimana hari mu ? menyenangkan ? oh kuharap begitu "
 
pertanyaan-pertanyaan itu kusampaikan lewat tatapan mata. seperti telegramnya samuel morse, mata kami saling bertukar pesan tapi sama-sama tak mendapat jawaban. namun tiba-tiba ia memalingkan wajahnya. tertunduk beberapa saat lalu ia mulai pergi meniggalkan pohon tua itu dengan bergegas.

***

Setelah kejadian itu aku sengaja tak pergi ke taman. ketahuan mengamati seseorang yang tidak aku kenal membuat aku seperti paparazi membuntuti seorang artis terkenal. padahal ia bukan siapa-siapa. aku malu. tapi harus aku akui bahwa aku menyukainya. aku suka wajahnya, aku suka tenangnya. sungguh aku ingin bercakap dengannya hanya saja rasa malu ini membuatku tak bisa berbuat apa-apa.

rasa rindu dengan rutiniatasku memotret akhirnya mengalahkan rasa malu yang beberapa hari ini menguasai diriku. sekitar pukul 17.45 aku tiba di taman. sengaja aku datang agak lama dari biasanya agar aku tidak bertemu dengannya. dan benar, taman sudah tampak sepi dan dia pun tak tampak. aku berkeliling sambil memotret. sampai tiba tepat di depan pohon tua. tempat dia biasa bersandar. aku menemukan sepucuk amlop berwarna merah berisikan secarik surat dan beberapa gambar sketsa wajah perempuan yang tampak familiar bagiku. dan setelah ku perhatikan dengan seksama betapa kagetnya aku ternyata gambar itu ialah sketsa wajah ku. mulut ku menganga. kaget. gambar itu kupegang dengan erat.  kepala ku kini dipenuhi bejibun pertanyaan.

"apakah ini betul gambarku?
 apakah ini hasil karyanya?
 jika betul ini gambarku, berarti... ?!?"

perasaan ku kini campur aduk. senang dan rasa tak percaya bercampur jadi satu. aku mencoba menenangkan diri walau kedua rasa itu masih menghampiri. kini aku mulai hanyut membaca secarik surat bertinta hitam ini.

kepada wanita berkalung kamera

dimanakah kamu ? mengapa tak pernah lagi kemari ? taman ini tak lagi indah tanpamu. seolah kehilangan matahari bumi menjadi gelap, begitu pun taman ini. sejak pertama melihatmu duduk di sudut taman ini saya tertegun, terpesona. ingin sekali saya mengenalmu tapi saya malu. tapi telah kuberanikan diri untuk meluapkan isi hati lewat sepucuk surat ini. bahwa saya mengagumimu. semoga surat ini sampai ke kamu lengkap dengan bukti indahnya dirimu.

your secret admirer

setelah membaca secarik surat itu, dunia serasa melambat. laju angin yang membawa para awan begitu tak terasa. senja pun turut serta merayakan perasaan ini. ku dekap erat surat itu. lalu ku berjalan di atas awan mencoba menikmati rasa bahagia ini.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Buku Biografi Lafran Pane - Ahmad Fuadi

Resensi : The Idiots Kisah Tiga Mahasiswa Konyol

Catatan Bedah Film Kala Benoa