Resensi : The Idiots Kisah Tiga Mahasiswa Konyol
Pilih Kehidupan Kampusmu !
Mahasiswa : tenggelam dalam tekanan atau bersenang-senang ?
Masa mahasiswa, penuh dengan dilema
antara mengerjakan setumpuk tugas dan memburu peringkat dengan kenginginan
untuk menikmati berbagai kesenangan di usia muda. Chetan Bhagat, menuliskan
kisah dilema ini dalam sebuah Novel yang berjudul : Five Point Someone. Diterbitkan dalam bahasa inggris pada tahun
2004. Setelah beberapa tahun, novel ini menempati jajaran buku paling laris.
Tidak hanya itu, novel ini juga
telah menginspirasi film Bollywood
terkenal, Three Idiots. Film
fenomenal yang memiliki banyak penggemar baik di India maupun di Indonesia.
Mungkin karena hal-hal itulah yang membuat penerbit Qanita menerjemahkan novel ini ke
dalam bahasa Indonesia dengan judul : The
Idiots, Kisah Tiga Mahasiswa Konyol.
Novel ini bercerita tentang tiga
mahasiswa teknik di India Institute Of
Tecnologi (IIT). Hari Kumar, Ryan Oberoi dan Alok Gupta. Ketiganya bertemu
pada malam perpeloncoan. Pada malam itu Ryan menyelamatkan Hari dan Alok dari
senior-senior IIT. Kejadian itu membuat persahabatan mereka tak terelakkan
lagi.
Pada bab berjudul Terminator mengisahkan semester-semester
pertama yang mereka lewati bersama. Tugas-tugas memenuhi kepala mereka.
“sialan,……..minggu yang sinting; kelas, tugas, kelas lagi, tugas lagi dan belum
lagi ancaman kuis-kuis itu. Ini yang kau
sebut hidup ? dan kau bilang ini hidup ?” kata Ryan. Disinilah Chetan Bhagat
menampilkan penokohan Ryan Oberoi sebagai mahasiswa santai dan selalu ingin lepas
dari tekanan.
Chetan Bhagat, menurut saya mampu
membuat penokohan dengan sangat baik. Setelah menampilkan Ryan Oberoi dengan
watak santainya. Chetan dengan cerdas menampilkan Alok Gupta sebagai tokoh yang
berbanding terbalik dengan Ryan. Tidak jarang Chetan Bhagat menggambarkan
perdebatan sengit antara Alok dengan
Ryan mengenai cara mereka melewati hari-hari di kampus IIT. Alok Gupta sangat
memperhatikan nilainya, pada awal-awal cerita novel ini Alok adalah seorang
penghafal ulung. “dan, itu bukan sekedar nilai bodoh bagiku……” kata Alok dalam
bab lima koma sekian.
Cerita tentang Hari Kumar tidak
kalah seru dibandingkan dengan perdebatan sengit antara Alok dengan Ryan. Hari
yang berperan sebagai pencerita dalam novel ini, merupakan penyeimbang ketika
Alok dan Ryan sedang berdebat. Walaupun Hari cenderung mengikut kepada Ryan.
Terlepas dari itu, Hari memiliki cerita tersendiri dengan Neha, putri dari Prof
Cherian Ketua Jurusan Teknik Mesin di IIT. Hari sangat dekat dengan Neha bisa
dibilang pacaran. Saya menyukai cara Chetan Bhagat bercerita tentang mereka
berdua. Mungkin Chetan berpikir menulis cerita tentang kampus tanpa memasukan bumbu seperti kisah Hari
dan Neha akan membuatnya terasa hambar.
Setelah menggambarkan watak ketiga
tokoh utamanya, Chetan Bhagat membawa kita memasuki puncak keseruan dalam novel
ini. Bab itu dinamakan “hari terpanjang dalam hidupku” yang terdiri dari enam
bagian. Chetan dengan apik memancing
rasa penasaran saya pada bab-bab ini. “bayangkan saja, gembrot. Transkrip
nilaimu tak akan punya nilai selama satu atau dua semester. Malah mungkin
seluruh transkrip nilaimu dicap ‘diskors’. Pembuka percakapan yang keren di
wawancara kerja, eh?” kata Ryan dalam bab hari terpanjang dalam hidpku empat.
Secara keseluruhan saya sangat
menyukai novel ini. Alur yang dibuat Chetan Bhagat terasa sangat mengalir. Selviya
HPM, penerjemah buku ini juga saya anggap berhasil sebab buku ini tidak kaku,
tidak seperti novel terjemahan lainnya. selain kerena novel ini memang
menghibur, novel ini juga menyiratkan beberapa pesan moral. Mengajarkan kita
untuk memilih mau lewat jalan pintas atau jalan memutar ? mau belajar atau
bersantai ? mau berjuang melawan tekanan
atau malah bersenang-senang ? silahkan memilih, kerena setiap pilihan punya
resikonya masing-masing.
Comments
Post a Comment