Keinginan Untuk Terbang



Bersembunyi di balik tirai
Memandang jalan
Gadis kecil ingin keluar
Menantang alam
Tapi disana hujan
Tiada berkesudahan
Tapi disana hujan turun membasahi semua sudut kota
Hapus tiap jejak jalan pulang
-Di atas Kapal Kertas, Banda Neira-

            Pernahkah kalian berpikir seperti gadis kecil dalam lirik lagu Banda Neira diatas? Ingin menantang alam. Keluar dari balik tirai, dari dalam rumah. Menghadapi semua suka dan duka. Merasakan kecewa dan bahagia. Seorang diri, tanpa ibu dan ayah. Tanpa mengeluh kepada mereka berdua. Seperti anak burung yang hendak terbang lepas dari sarang. Dalih ingin mandiri, ingin meraih impian dan cita-cita. Berangkat dengan penuh harap, sayap di punggung kita bakal terbang tanpa pernah ingat kata pulang.

            Ya, saya sendiri tengah berpikir seperti gadis kecil dalam lagu itu. Bahkan sudah lama saya hendak meninggalkan rumah ini. Membandingkan diri dengan mahluk lain -hewan- yang hanya butuh beberapa bulan untuk bisa mandiri dari induknya, membuat keyakinan diri untuk pergi semakin besar.

            Hidup ini seperti benalu, pikirku. Jika terus tinggal dalam tanggungan orang tua. Sayap sudah seharusnya dikepakkan untuk terbang seorang diri mencari makan. Jangan mau terus disuapi. Malulah jadi benalu.

            Tapi, saat keinginan untuk pergi semakin besar, seketika terbayang air mata ibu bakal terus mengalir membasahi pipi. Semangat untuk pergi tanpa pernah ingat kata pulang perlahan pudar dalam dada, seiring bergantinya lagu Banda Neira. Tak mungkin kita pergi tanpa kembali lagi mengingat kasih ibu dan ayah begitu besar selama ini.
           
Oh ibu tenang sudah
Lekas seka air matamu
Sembabmu malu dilihat tetangga
Oh ayah mengertilah
Rindu ini tak terbelenggu
Laraku setiap teringat peluknya
Kini kamarnya teratur rapi
Ribut suaranya tak ada lagi
-Di Beranda, Banda Neira-
           
            Kembali lagu Banda Neira mengalun di telinga dan dalam pikiran. Membuat saya tahu, betapa menyiksanya rasa rindu jika ditinggal pergi oleh anak sendiri. Lagu ini begitu menyentuh. Lagu ini membuat saya membayangkan kedua orang tua saya tengah menanti di beranda depan rumah. Seketika perasaan ingin pergi berganti menajadi ingin selalu pulang dalam peluk ayah dan ibu.


Dan jika suatu saat
Buah hatiku, buah hatimu
Untuk sementara waktu pergi
Usahlah kau pertanyakan kemana kakinya kan melangkah
Kita berdua tahu, dia pasti pulang kerumah
 -Di Beranda, Banda Neira-

            Ya, ‘Pulang’. Mungkin kata inilah yang membedakan kita dengan mahluk lain-hewan. Mereka tidak mengenal kata pulang pada pelukan ayah dan ibu-Induk. Setelah dibesarkan dan tahu cari makan, mereka tak peduli lagi pada induknya. Maukah kita seperti itu? Tentu tidak.
            Maka usaha untuk terbang mesti disegarakan. Tetap teguh untuk malu jadi benalu. Dan jika sudah mampu terbang, jangan lupa untuk pulang. Sebab ayah dan ibu menunggu di beranda depan rumah untuk kita kembali datang.

Catatan: Sebaiknya setelah membaca tulisan ini, disarankan mendengar dua lagu Banda Neira diatas.

Comments

Popular posts from this blog

Resensi Buku Biografi Lafran Pane - Ahmad Fuadi

Resensi : The Idiots Kisah Tiga Mahasiswa Konyol

Catatan Bedah Film Kala Benoa