Realitas Rutinitas

Sang fajar menyingsing dari ufuk timur  dan berjanji untuk hadir di ufuk barat, menyapa waktu subuh yang tak lagi dingin untuk membangunkan para manusia agar memulai segala rutinitasnya. dari bapak yang pergi bergulat dengan pekerjaannya untuk membiayai segala apa yang dikehendaki sang anak, dan ibu yang tak lagi singgah di dapur untuk ikut bergulat dengan pekerjaannya demi membantu tiang ekonomi yang tak lagi bisa ditopang oleh satu orang saja. lalu si anak yang harus melaksanakan kewajibannya yang katanya menuntut ilmu.

Diantara sinar sang fajar yang menyengat dan menembus kaca, kuda-kuda besi melaju perlahan di jalan-jalan tikus yang sempitnya bukan main. para penunggang kuda-kuda besi itu saling menunjukan tanduk mereka, hanya segelintir saja yang eggan menunjukan tanduk itu. lampu disudut jalan dan manusia berompi hijau itu kadang tak mampu lagi menjadi pengatur para penunggang kuda besi itu. mungkin mereka sudah tidak bisa diatur lagi atau mungkin sistem yang ada saat ini perlu dibenahi.

waktu berlalu semburat senja menepati janjinya untuk hadir di ufuk barat menayangkan sebutir dari kekuasaan Allah S.W.T , perlahan warnanya mulai pudar diselimuti oleh sang malam yang mulai menampakkan dirinya diantara ribuan kerlip lampu ditengah hiruk-pikuk  kesibukan para manusia ditengah kota. terangnya bulan menjadi pertanda akan segera berakhirnya segala rutinitas manusia. selanjutnya mereka akan menyandarkan punggung mereka diatas perbaringan empuk berharap untuk dapat menikmati bunga tidur yang indah.


Popular posts from this blog

Resensi Buku Biografi Lafran Pane - Ahmad Fuadi

Resensi : The Idiots Kisah Tiga Mahasiswa Konyol

Catatan Bedah Film Kala Benoa